Selamat Datang diblog Desti Balqis

Sabtu, 21 Mei 2016

Cerpen : Cinta untuk Mama



Cinta untuk Mama
Ini hari Senin. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.15. Dengan tergasa-gesa, aku segera mandi dan sarapan. Untung saja, perlengkapan sekolah sudah kusiapkan tadi malam. Eren ternyata sudah di meja makan. Kulihat, Mama sedang bersiap-siap untuk mengantarkan kami. Sementara Papa pasti sudah berangkat kerja sejak tadi pagi.
            “Aduh, Dea, kok pukul segini baru sarapan?             Ayo cepat, keburu telat! Lain kali, bangunnya harus lebih pagi, ya! Eren saja sekarang sudah selesai sarapan,” kata Mama menasehatiku panjang lebar. “Iya iya, Ma! Lagipula kenapa Mama tadi tidak membangunkanku?” kataku dengan sebal. “Mama kira Dea sudah bangun dari tadi pagi, kamu kan sudah kelas enam, harus lebih mandiri!” kata Mama. Aku hanya mengangguk dengan kesal seraya cepat-cepat menghabiskan sarapanku.
            Setelah selesai sarapan, aku dan Eren segera diantar Mama ke sekolah. Sepanjang perjalanan, aku hanya mendengus sebal. Kenapa sih Mama selalu marah-marah dan menyuruhku ini itu. Tapi tidak dengan Eren adikku. Walaupun ada kesalahan yang dibuat oleh Eren, tetap saja aku yang selalu dinasehati. Kata Mama karena aku sudah besar harus mulai belajar mandiri dan disiplin. Dan sebagai Kakak aku harus bisa memberi contoh baik untuk adik. Aku jadi iri sama Eren, sampai aku berpikir kenapa bukan aku yang jadi adik. 
            Namaku Delisha Eryna Adeeba. Panggil saja aku Dea. Aku sekolah di SD Budi Mulia Dua, kelas 6. Di sekolah, aku termasuk anak yang periang, ramah, dan cerdas. Tetapi jika di rumah, aku sering marah-marah sama Mama karena menurutku Mama tidak adil dan lebih menyayangi Eren, adikku. Usiaku beda lima tahun dengan Eren. Ups..karena melamun tak terasa sudah sampai di sekolah. Aku pamit pada Mama dan bergegas menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
Teng teng..pukul 14.30 jam pulang berbunyi. Aku dan Eren bergegas ke playground sambil menunggu Mama. Tapi ternyata Papa yang jemput. “Mama mana, Pa? Tumben Papa yang jemput?” tanya Eren. “Mama harus dirawat di rumah sakit karena penyakit tyfus.” jawab Papa. “Apa?” jawabku dengan kaget. Memang sih sudah 3 hari Mama mengeluh badannya panas dan tadi pagi Mama terlihat pucat dan lemas. Tapi tidak kusangka Mama harus opname di rumah sakit. Papa mengajak kami ke rumah sakit.   
Sekitar satu jam di rumah sakit, Papa pun mengantarkan kami ke rumah. Sementara Papa harus menjaga Mama di rumah sakit. Kata Papa, besok nenek akan datang ke rumah. Sementara belum ada nenek, aku dan Erenlah yang bertanggung jawab di rumah.
            Setelah Papa kembali ke rumah sakit, aku dan Eren bergantian mandi. Kemudian aku dan Eren membagi tugas. Aku akan memasak untuk makan malam dan mencuci piring. Eren menyapu dan membereskan kamar. Aku menggoreng ayam yang sudah disimpan Mama di kulkas, nasi sudah ada. Karena lupa tidak ditutup, saat menggoreng minyaknya meletus sampai kemana-mana. Jadi terpaksa sebelum makan harus membersihkan sisa-sisa minyak. Setelah selesai makan. Aku dan Eren belajar
             “Aku capek, Ren!” keluhku.“Iya sebenarnya aku juga capek. Tapi, ini kan tanggung jawab kita. Berarti Mama melakukan ini setiap hari ya, Kak?” tanya Eren.“Iya, ya!” jawabku. “Betul juga kata Eren” kataku dalam hati. Berarti Mama setiap hari harus bekerja keras, meyiapkan makan, mencuci baju, mengepel, antar jemut sekolah, menemani belajar. Aku jadi teringat saat adik masih bayi. Mama mengurus adik dan aku sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Mama juga yang selalu membantu  dan memotivasiku disaat aku merasa lelah dan putus asa. Menghiburku di saat aku sedih. Mama yang mengajariku kebaikan. Aku jadi sadar bahwa semua omelanmu itu untuk kebaikanku Mama. Aku menyesal sudah berpikiran buruk tentang Mama.
“Kak kok melamun?’ Eren menyadarkan lamunanku. “eh tidak kok Dik, Kakak hanya kangen sama Mama, yuk belajar lagi” jawabku. Aku harus bisa membalas kebaikan Mama dan Papa. Aku harus menjadi orang sukses, pikirku.
            Mulai sekarang, aku berjanji tidak akan mengabaikan nasehat Mama dan selalu menjadi anak yang baik. Oh, iya, aku juga berusaha agar tidak iri dengan Eren dan menjadi Kakak yang bisa memberi contoh yang baik buat Eren. Aku akan membuatmu bangga Mama.
            Keesokan harinya, nenek datang ke rumah untuk menemaniku dan Eren. 3 hari kemudian Mama diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Alhamdulillah Mamaku sudah sembuh. Love U Mama.