Cinta untuk Mama
Ini
hari Senin. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.15. Dengan tergasa-gesa,
aku segera mandi dan sarapan. Untung saja, perlengkapan sekolah sudah kusiapkan
tadi malam. Eren ternyata sudah di meja makan. Kulihat, Mama sedang bersiap-siap
untuk mengantarkan kami. Sementara Papa pasti sudah berangkat kerja sejak tadi
pagi.
“Aduh, Dea, kok pukul segini baru sarapan?
Ayo cepat, keburu telat! Lain
kali, bangunnya harus lebih pagi, ya! Eren saja sekarang sudah selesai
sarapan,” kata Mama menasehatiku panjang lebar. “Iya iya, Ma! Lagipula kenapa
Mama tadi tidak membangunkanku?” kataku dengan sebal. “Mama kira Dea sudah
bangun dari tadi pagi, kamu kan sudah kelas enam, harus lebih mandiri!” kata
Mama. Aku hanya mengangguk dengan kesal seraya cepat-cepat menghabiskan
sarapanku.
Setelah selesai sarapan, aku dan
Eren segera diantar Mama ke sekolah. Sepanjang perjalanan, aku hanya mendengus
sebal. Kenapa sih Mama selalu marah-marah dan menyuruhku ini itu. Tapi tidak
dengan Eren adikku. Walaupun ada kesalahan yang dibuat oleh Eren, tetap saja
aku yang selalu dinasehati. Kata Mama karena aku sudah besar harus mulai
belajar mandiri dan disiplin. Dan sebagai Kakak aku harus bisa memberi contoh
baik untuk adik. Aku jadi iri sama Eren, sampai aku berpikir kenapa bukan aku
yang jadi adik.
Namaku Delisha Eryna Adeeba. Panggil
saja aku Dea. Aku sekolah di SD Budi Mulia Dua, kelas 6. Di sekolah, aku
termasuk anak yang periang, ramah, dan cerdas. Tetapi jika di rumah, aku sering
marah-marah sama Mama karena menurutku Mama tidak adil dan lebih menyayangi
Eren, adikku. Usiaku beda lima tahun dengan Eren. Ups..karena melamun tak
terasa sudah sampai di sekolah. Aku pamit pada Mama dan bergegas menuju kelas
karena bel masuk sudah berbunyi.
Teng
teng..pukul 14.30 jam pulang berbunyi. Aku dan Eren bergegas ke playground
sambil menunggu Mama. Tapi ternyata Papa yang jemput. “Mama mana, Pa? Tumben
Papa yang jemput?” tanya Eren. “Mama harus dirawat di rumah sakit karena
penyakit tyfus.” jawab Papa. “Apa?” jawabku dengan kaget. Memang sih sudah 3
hari Mama mengeluh badannya panas dan tadi pagi Mama terlihat pucat dan lemas.
Tapi tidak kusangka Mama harus opname di rumah sakit. Papa mengajak kami ke rumah
sakit.
Sekitar
satu jam di rumah sakit, Papa pun mengantarkan kami ke rumah. Sementara Papa
harus menjaga Mama di rumah sakit. Kata Papa, besok nenek akan datang ke rumah.
Sementara belum ada nenek, aku dan Erenlah yang bertanggung jawab di rumah.
Setelah Papa kembali ke rumah sakit,
aku dan Eren bergantian mandi. Kemudian aku dan Eren membagi tugas. Aku akan
memasak untuk makan malam dan mencuci piring. Eren menyapu dan membereskan
kamar. Aku menggoreng ayam yang sudah disimpan Mama di kulkas, nasi sudah ada. Karena
lupa tidak ditutup, saat menggoreng minyaknya meletus sampai kemana-mana. Jadi
terpaksa sebelum makan harus membersihkan sisa-sisa minyak. Setelah selesai
makan. Aku dan Eren belajar
“Aku capek, Ren!” keluhku.“Iya sebenarnya aku
juga capek. Tapi, ini kan tanggung jawab kita. Berarti Mama melakukan ini
setiap hari ya, Kak?” tanya Eren.“Iya, ya!” jawabku. “Betul juga kata Eren” kataku dalam hati. Berarti Mama setiap hari harus
bekerja keras, meyiapkan makan, mencuci baju, mengepel, antar jemut sekolah,
menemani belajar. Aku jadi teringat saat adik masih bayi. Mama mengurus adik dan aku sejak kecil
dengan penuh kasih sayang. Mama juga yang selalu membantu dan memotivasiku disaat aku merasa lelah dan
putus asa. Menghiburku di saat aku sedih. Mama yang mengajariku kebaikan. Aku
jadi sadar bahwa semua omelanmu itu untuk kebaikanku Mama. Aku menyesal sudah
berpikiran buruk tentang Mama.
“Kak
kok melamun?’ Eren menyadarkan lamunanku. “eh tidak kok Dik, Kakak hanya kangen
sama Mama, yuk belajar lagi” jawabku. Aku harus bisa membalas kebaikan Mama dan
Papa. Aku harus menjadi orang sukses, pikirku.
Mulai sekarang, aku berjanji tidak
akan mengabaikan nasehat Mama dan selalu menjadi anak yang baik. Oh, iya, aku
juga berusaha agar tidak iri dengan Eren dan menjadi Kakak yang bisa memberi
contoh yang baik buat Eren. Aku akan membuatmu bangga Mama.
Keesokan harinya, nenek datang ke
rumah untuk menemaniku dan Eren. 3 hari kemudian Mama diperbolehkan pulang dari
rumah sakit. Alhamdulillah Mamaku sudah sembuh. Love U Mama.